FORMAT PROPOSAL UJIAN PRAKTIK

Untuk memudahkan Bapak/Ibu Guru pengampu mata pelajaran ujian praktik serta untuk menyeragamkan administrasi kelembagaan, maka dengan ini saya buatkan format proposal ujian praktik yang dapat diunduh di laman berikut ini:

proposal ujian praktik

FORMAT PENULISAN LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

Silahkan diunduh pada tautan di bawah ini:

laporan-kts

PROBLEMATIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Pendidikan Budaya dan Karakter dalam Proses Belajar Mengajar

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Usaha pendidikan karakter tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
  2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
  3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa tersebut penting dilakukan karena memiliki tujuan yang menuju arah perbaikan moral. Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

  1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
  2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
  3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
  4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
  5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (Puskur, 2010 : 7).

Pada Kurikulum 2013, pendidikan karakter dituangkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan dijabarkan pada tiap Kompetensi Dasar (KD). KI dan KD ini adalah sarana untuk mencapai kompetensi lulusan yang tercantum dalam dimensi sikap pada Kurikulum 2013.

Pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya mampu mengemban perwujudan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Hal ini dilakukan dengan pemilihan teks, cerpen, puisi, novel, maupun naskah drama yang menekankan nilai budaya dan karakter bangsa. Selain itu, penekanan budaya dan karakter bangsa lebih terarah dan terkondisikan dalam apresiasi sastra. Kesemuanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya lokal karena setiap wilayah memiliki budaya yang berbeda.

Problematik Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkaitan dengan Budaya dan Karakter

  1. Pembelajaran bahasa Indonesia kurang kontekstual.
  2. Pembelajaran bahasa Indonesia cenderung mengarah pada teks yang terdapat pada buku sehingga kearifan lokal kurang tersentuh.
  3. Dalam pembelajaran, siswa tidak diberikan contoh konkret budaya dan karakter bangsa yang diharapkan karena kurang mencontohkan tokoh/ figur yang bisa diteladani.
  4. Pembelajaran hanya sekadar pemberian pengetahuan tentang budaya dan karakter yang diharapkan bukan upaya menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Adanya pendapat sebagian guru bahwa urusan pendidikan karakter dan budaya hanya diserahkan pada bidang studi tertentu sehingga tidak diterapkan maksimal pada proses pembelajaran bahasa.
  6. Pembelajaran bahasa kurang menyelipkan nilai-nilai budaya agar anak bangga dengan budaya yang dimiliki sendiri sehingga tidak menganggap rendah budaya, bahasa dan bangsanya sendiri.
  7. Dalam pembelajaran, guru seharusnya lebih dekat dengan siswa untuk mengetahui perkembangan dan mendidik mereka agar berbudaya dan berkarakter.
  8. Selama proses pembelajaran, setiap anak tidak dapat menjadi pemimpin dalam kelas/menjadi ketua kelompok karena banyaknya anak yang belajar dalam kelas.
  9. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap penanaman nilai budaya dan karakter bangsa karena menganggap sekolah yang bertanggung jawab sepenuhnya.

Solusi Atas Masalah

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan terkait pembelajaran Bahasa Indonnesia yang berhubungan dengan budaya dan karakter siswa sebagai berikut.

  1. Pembelajaran bahasa Indonesia yang kontekstual dengan daerahnya sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dapat diikuti dengan baik oleh siswa.
  2. Pembelajaran bahasa Indonesia lebih kreatif dalam memilih materi (teks-teks) yang bersentuhan dengan kearifan lokal sehingga siswa lebih mudah memahami esensi pembelajaran.
  3. Dalam pembelajaran, siswa diberikan contoh konkret tokoh yang menjunjung tinggi budaya dan karakter bangsa sehingga siswa mampu meneladaninya.
  4. Pembelajaran diarahkan pada upaya menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikan guru sebagai model utama.
  5. Pembelajaran bahasa menyelipkan nilai-nilai budaya dan karakter dalam teks-teks yang digunakan sebagai bahan pembelajaran.
  6. Proses pembelajaran diselenggarakan secara berkelompok agar siswa mampu bekerja sama, toleransi, dan bertanggung jawab meskipun metode individu tetap dilaksanakan dalam tes agar melatih kejujuran dan percaya diri.
  7. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya koordinasi dan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat untuk membina pendidikan budaya dan karakter.
  8. Pengoptimalan kegiatan ekstrakurikuler untuk menanamkan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Kendala-Kendala Penerapan Solusi

Kendala dalam mewujudkan solusi problematika pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan budaya dan karakter bangsa antara lain sebagai berikut.

  1. Pembelajaran bahasa Indonesia menekankan penilaian bukan proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan.
  2. Pembelajaran bahasa Indonesia masih fokus pada bahan ajar buku teks sehingga kearifan lokal masih setengah-setengah dijalankan.
  3. Pembelajaran bahasa Indonesia masih memfokuskan pada metode ceramah dan transformasi pengetahuan (keterampilan minim).
  4. Pembelajaran bahasa Indonesia minim mengajarkan apresiasi dan interpretasi karya sastra.
  5. Pelatihan pendidikan budaya dan karakter bangsa baru sebatas guru bidang studi tertentu (Agama dan PKn) belum seluruh guru.
  6. Monitoring dan evaluasi dari dinas pendidikan (pengawas) hanya sebatas buku kerja dan kelengkapan administrasi sekolah belum mencakup proses penanaman budaya dan karakter kebangsaan.
  7. Kegiatan ekstrakurikuler hanya sebatas mengajari keterampilan tertentu dengan mengabaikan pendidikan budaya dan karakter.
  8. Masyarakat masih menganggap pendidikan budaya dan karakter sebagai tanggung jawab sekolah.

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN KUALITAS KOMPETENSI LULUSAN

Problematika Pembelajaran BI kaitannya dengan SKL

Permasalahan pendidikan yang muncul dalam sistem pendidikan telah memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan bangsa, namun saat ini dipandang belum secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan masih terjadinya degradasi moral seperti penyalahgunaan narkoba, radikalisme pelajar, pornografi dan pornoaksi, plagiatisme, dan menurunnya nilai kebanggaan berbangsa dan bernegara.

Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menanggulangi masalah tersebut  antara lain sebagai berikut.

  1. Menanamkan pendidikan moral yang mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan.
  2. Mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft skills.
  3. Menumbuhkan budaya peduli lingkungan, dan peduli ketertiban melalui pembelajaran aktif di lapangan.
  4. Penilaian kompetensi peserta didik secara otentik yang mempertimbangkan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Problematika, Solusi dan Kendala Kurikulum 2013 kaitannya dengan SKL.

            Kurikulum 2013 memiliki empat aspek kompetensi yang harus dikuasai siswa yaitu; sikap, keterampilan, pengetahuan dan keterampilan. Problematika pembelajaran BI kaitannya dengan hal tersebut dipaparkan berikut ini.

(1) Sikap

  • Sebagian guru belum memberikan contoh perilaku sehari-hariyang mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab.
  • Menghasilkan lulusan yang belum mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

(2) Keterampilan

  • Sebagian guru kurang memiliki pengetahuan  faktual,  konseptual,  dan prosedural  dalam  ilmu  pengetahuan,  teknologi,  seni, dan  budaya  dengan  wawasan  kemanusiaan, kebangsaan,  kenegaraan,  dan  peradaban  terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.
  • Menghasilkan lulusan yang kurang memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi khususnya di daerah pelosok.

(3) Pengetahuan

  • Guru kurang memberikan latihan dan pemahaman yang mendorong siswa memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam  ranah  abstrak  dan  konkret
  • Guru merasa kurang waktu mengajar.
  1. Solusi

(1)   Sikap

  • Guru belum memberikan contoh teks bahasa Indonesia tentang perilaku yang mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alamdalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.Teks tersebut disesuaikan dengan sosial budaya masyarakat sekitarnya.

(2)  Keterampilan

  • Pelatihan yang mendorong munculnya motivasi dalam diri guru untuk memiliki pengetahuan faktual,  konseptual,  dan prosedural  dalam  ilmu  pengetahuan,  teknologi,  seni, dan  budaya  dengan  wawasan  kemanusiaan, kebangsaan,  kenegaraan,  dan  peradaban  terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

(3)   Pengetahuan

  • Guru memberikan latihan dan pemahaman yang mendorong siswa memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah  abstrak  dan  konkret    sesuai dengan  yang    dipelajari  disekolah  dan  sumber  lain sejenis

Kendala

(1)   Sikap

  • Guru menganggap penilaian sikap sangat sulit karena guru harus memahami sikap masing-masing siswa.

(2) Keterampilan

  • Sebagian guru pasif tidak mau berubah dan memiliki pengetahuan faktual,  konseptual,  dan prosedural  dalam  ilmu  pengetahuan,  teknologi,  seni, dan  budaya  dengan  wawasan  kemanusiaan, kebangsaan,  kenegaraan,  dan  peradaban  terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

(3)   Pengetahuan

  • Guru hanya memberikan latihan tanpa pemahaman yang mendorong siswa memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam  ranah  abstrak  dan  konkret.
  • Pelatihan guru untuk mengatur pemanfaatan waktu semaksimal mungkin dalam mengajar agar siswa mempunyai kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah  abstrak  dan  konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis.

Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Kaitannya dengan Pelaksanaan dan Pelaporan Evaluasi

Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaan (Ibrahim, 2012).  Melaksanakan evaluasi berarti melakukan proses penafsiran serta pembuatan keputusan berkenaan dengan informasi asesmen.

Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Menurut Arikunto (2013)  hasil dari kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan; diagnostik dan pengembangan, seleksi, keputusan kenaikan kelas, penempatan.

Syarat – Syarat Umum Evaluasi

Menurut  Arikunto (2013: 72) menyelenggarakan atau mengadakan kegiatan evaluasi, kita perlu memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada kegiatan evaluasi tersebut, yaitu kesahihan, keterandalan dan kepraktisan. Tahap akhir dari prosedur evaluasi hasil belajar adalah penyusunan/pembuatan laporan dan penggunaan hasil evaluasi hasil belajar.

Pada pelaksanaanya pelaporan harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

  • Konsisten dengan penilaian di sekolah.
  • Memuat rincian hasil belajar siswa
  • Menjamin orang tua akan informasi permasalahan anaknya dalam belajar.
  • Mengandung berbagai cara atau strategi komunikasi.
  • Memberikan informasi yang benar, jelas dan akurat.

Problematika Pelaksanaan dan Pelaporan Evaluasi

Menurut Harsiati (2011: 9) evaluasi memegang peranan penting dalam pembelajaran. Pada realisasinya ditemui sejumlah masalah dalam pelaksanaan dan pelaporan evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia. Masalah tersebut diuraikan sebagai berikut.

Problematika pada Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia ditemui sejumlah masalah, yakni:

  • Instrumen yang tidak tersusun dan terencana.
  • Instrumen evaluasi belum sahih, realibilitas dan objektif.
  • Instrumen pembelajaran yang tidak sesuai dengan kompetensi dasar.
  • Instrumen terlalu panjang dan mengabaikan sebaran.
  • Tingkat kesulitan alat ukur yang tidak sesuai.
  • Kesulitan menskor.
  • Kesulitan mengadministrasi.
  • Penginterpretasian dan pengaplikasian yang sukar.
  • Waktu pelaksanaan yang terbatas.

Problematika pada Tahap Pelaporan

Pada tahapan ini evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia menemui sejumlah masalah, yakni:

  • Informasi yang disampaikan kurang lengkap.
  • Informasi yang disampaikan sulit dipahami.
  • Memuat rincian yang tidak lengkap dan kecendrungan tidak menyampaikan hasil analisis.
  • Tidak mengandung cara dan strategi komunikasi yang tepat.

Solusi Terhadap Problematika Evaluasi

Solusi berikut ditujukan bagi siswa, guru, manajemen sekolah dan orang tua siswa.

  • Solusi bagi guru.
  • Guru harus mampu mengembangkan alat penilaian yang memenuhi unsur validitas, realibilitas dan ekuivalen.
  • Mengasah kemampuan menganalisa dan mengintepretasi hasil evaluasi.
  • Mengadministrasikan segala proses evaluasi secara tepat sehingga memudahkan pengarsipan dan pelaporan.
  • Membangun komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait.
  • Solusi bagi siswa
  • Siswa hendaknya menjadikan hasil evaluasi sebagai tolok ukur untuk pencapaian prestasi lebih baik.
  • Mengomunikasikan hasil evaluasi pada guru/evaluator  guna mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan siswa.
  • Solusi bagi manajemen sekolah dan pemerintah
  • Mengoptimalkan fungsi manajerial serta mengorganisasi rancangan instrumen/alat evaluasi yang layak.
  • Pihak sekolah bekerjasama dengan instansi pemerintah untuk membuat pelatihan peningkatan kompetensi guru mengembangkan intsrumen/alat evaluasi.
  • Menyusun program dan menyiapkan anggaran untuk  pengoptiptimalan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan evaluasi.
  • Menindaklanjuti hasil evaluasi sesuai dengan tujuan dan program lembaga.
  • Membangun komunikasi dengan orang tua siswa .

 

  • Solusi bagi orang tua siswa
  • Orang tua/wali  diharapkan berupaya mengetahui maksud dan tujuan analisis dari rincian hasil pelaporan evaluasi.
  • Menindaklanjuti rekomendasi dari hasil evaluasi sesuai laporan.
  • Membangun komunikasi dan kerjasama dengan pihak sekolah demi pengoptimalan tindak lanjut hasil evaluasi.

Kendala Penerapan

Kendala-kendala saat penerapan atas solusi di atas sebagai berikut:

  • Komunikasi yang kurang dinamis antara guru, siswa, manajemen sekolah dan orangtua/wali siswa.
  • Lambatnya respon manajemen sekolah dan pemerintah terhadap fungsi evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia.
  • Tingkat pendidikan orang tua/wali siswa yang beragam sehingga menyulitkan dalam proses komunikasi dan pelaporan.
  • Kompetensi guru mengembangkan alat evaluasi masih sangat terbatas.

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Pengertian Media Pembelajaran

Sadiman (1984:6) mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu yang digunakan guru dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim, 2008: 7 dan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013).Sanaky (2013: 4) mengemukakan pengertian media pembelajaran yaitu sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat atau sarana yang secara fisik dirancang sedemikian rupa dan digunakan pengajar untuk memberikan informasi, perantara pesan, dan komunikasi agar siswa tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2011: 16-17) memiliki empat fungsi penggunaan media sebagai berikut.

  • Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untukberkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yangditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.
  • Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
  • Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
  • Fungsi kompensasi, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambatmenerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Problematika Penggunaan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Problematika penggunaan media pembelajaran bahasa Indonesia di SMP diantaranya sebagai berikut.

  1. Pembelajaran dapat berjalan lancar tanpa media, apalagi kurikulum 2013 yang tidak secara spesifik membagi empat keterampilan berbahasa.
  2. Pembuatan media pembelajaran bahasa Indonesia memerlukan dana yang besar (mahal).
  3. Persiapan penggunaan media memakan waktu, khususnya media berbasis TIK.
  4. Kurangnya kreasi dan inovasi (riset dan pengembangan) media pembelajaran bahasa Indonesia.
  5. Distribusi media pembelajaran yang belum merata.

Solusi terhadap problematika pembelajaran bahasa Indonesia kaitannya dengan penggunaan media

Solusi terhadap problematika terkait penggunaan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut.

  • Pembinaan pola pikir guru terhadap media pembelajaran.
  • Penyebarluasan informasi sumber-sumber media pembelajaran.
  • Menggunakan media yang praktis, murah, dan berbahan dari lingkungan sekitar.
  • Menggunakan media yang memerlukan persiapan yang lebih singkat.
  • Menggunakan media yang berimbang, tidak semua harus berbasis TIK tetapi berbasis pena dan kertas atau teknologi tepat guna.

Kendala

Kendala-kendala penerapan solusi:

  • Keterbatasan alokasi pendidikan untuk guru, misalnya program beasiswa yang mempersyaratkan kuota sehingga tidak semua guru memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Program sertifikasi belum cukup meningkatkan minat guru untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
  • Wilayah Indonesia yang luas dan terpencar dalam gugusan pulau-pulau sehingga informasi sumber-sumber media pembelajaran bahasa Indonesia belum merata.
  • Persepsi yang salah terhadap media pembelajaran. Misal, pemanfaatan media tersebut dapat mengganggu jam pelajaran siswa.

Manajerial pemerintah, kepala sekolah, dan pemangku kebijakan yang kurang memberikan stimulus penggunaan media.

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN BERAGAM STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Strategi pembelajaran bahasa Indonesia adalah tindakan pengajar bahasa Indonesia dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan beberapa variabel pembelajaran bahasa Indonesia, seperti tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yaitu keterampilan berbahasa.

Jenis-jenis strategi  pembelajaran berdasarkan klasifikasinya dibagi menjadi tiga yaitu;

Strategi pembelajaran berdasarkan penekanan komponen pelajaran, berdasarkan kegiatan pengolahan materi, dan berdasarkan cara pengolahan pesan atau materi. Berdasarkan komponen yang mendapat penekanan dalam program pembelajaran , terdapat tiga jenis strategi pembelajaran, yaitu (a) strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, (b) strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan (c) strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pembelajaran. Berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris dan strategi pembelajaran heuristic atau kurioristik. Berdasarkan cara pengolahan atau memproses pesan atau materi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Strategi Pembelajaran

Dalam pembelajaran bahasa diperlukan strategi yang tepat agar tujuan dan kompetensi tertentu dapat tercapai. Tidak semua strategi cocok digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi pembelajaran tersebut harus dipilih dengan cermat bisa memberi peluang besar bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya adalah karakteristik siswa, kompetensi dasar yang diharapkan, bahan ajar, waktu yang tersedia, sarana/ prasarana belajar, dan kemampuan/kecakapan guru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa.

Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kaitannya dengan Penerapan Beragam  Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

            Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan penerapan beragam strategi pembelajaran bahasa Indonesia pasti juga mengalami berbagai masalah di antaranya sebagai berikut.

  1. Berdasarkan karakteristik siswa, ada beberapa problematika di antaranya adalah:
  2. Kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa kurang merata.
  3. Kecakapan psikomotorik dan keterampilan berbahasa siswa masih rendah.
  4. Strategi pembelajaran bahasa yang digunakan masih kurang sesuai dengan umur siswa.
  5. Berdasarkan kemampuan/kecakapanguru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa Indonesia.
  6. Masih banyak guru belum mampu memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan karakteristik dan tipe belajar siswa.
  7. Masih ada guru yang belum mampu memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan bahan ajar yang digunakan.
  8. Masih ada guru masih belum mampu menggunakan strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
  9. Berdasarkan sarana dan pra sarana
  10. Sarana/prasarana kurang memadai, sehingga, tidak jarang seorang guru merasa kesulitan ketika menerapkan sebuah strategi pembelajaran kepada siswa karena tidak didukung oleh sarana/prasarana yang dibutuhkan.
  11. Guru tidak mampu menggunakan sarana/prasarana secara optimal.

Solusi Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kaitannya dengan Penerapan Beragam  Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

            Solusi atas permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan penerapan beragam strategi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut. Solusi berkenaan dengan karakteristiks siswa dan tinggkat kematangan. Kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa harus terus ditingkatkan, melalui kegiatan pembelajaran, pembiasaan dan penugasan. Menerapkan strategi pembelajaran bahasa yang sesuai dengan umur siswa.

Guru bahasa dan sastra Indonesia harus meningkatan kompetensi dan profesionalismenya dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa, melalui pelatihan maupun terlibat aktif dalam kegiatan MGMP Bahasa Indonesia. Guru harus mampu memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan karakteristik dan tipe belajar siswa.

Guru harus kreatif dan inovatif  dalam mengunakan sarana dan prasarana. Guru yang bijaksana dan kreatif tidak akan menyerah begitu saja ketika dihadapkan dengan kondisi sarana dan prasana yang terbatas. Guru harus mempersiapkan diri memilih strategi pembelajaran yang sederhana, kreatif dan inovatif dengan menggunakan hal-hal yang ada di lingkungannya, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif, aktif, menyenangkan penuh kreativitas dan menggairahkan siswa.

Kendala dalam Mewujudkan Solusi Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia

            Kendala dalam mewujudkan solusi problematika pembelajaran bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan penerapan beragam  strategi pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya, guru tertutup dan malas untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme. Kurangnya komunikasi antara guru, siswa dan warga sekolah dalam penerapan strategi pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan pendukungnya. Kegiatan pelatihan dan kegiatan MGMP jarang diadakan, terutama yang berada di daerah-daerah terpencil/pedalaman.

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN KARAKTER SISWA

Prolematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Terkait Pendidikan Karakter Siswa

            Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki problem khususnya berkenaan karakter siswa yaitu sikap terhadap Bahasa Indonesia, kebingungan memasukkan pendidikan karakter di dalam pembelajaran, ketidakjelasan indicator penilaian karakter, pengaruh budaya asing yang kian semakin gencar karena perkembangan teknologi .

Problematika terkait dengan sikap bahasa. Siswa kurang bergairah saat belajar bahasa Indonesia. Dia merasa sudah bisa. Dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Inggris, pembelajaran bahasa Indonesia dianggap kurang elit.

Guru harus memberikan teladan atau contoh yang baik pada siswanya. Terutama bagi guru Bahasa Indonesia harus dapat mencontohkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran maupun dalam interaksi dengan siswa di luar pembelajaran. Pendidikan karakter siswa selama ini hanya berada pada tataran wacana.

Problem berkenaan dengan penilaian sikap atau karakter. Sejak disosialisasikan tahun 2010 hingga pada Kurikulum 2013 ini, pelaksanaan pendidikan karakter belum dapat dilaksanakan dengan baik. Pada kurikulum KTSP karakter hanya ditulis di RPP guru saja. Kurikulum 2013 pembelajaran karakter melalui KI 1dan 2 hanya sekilas dan kurang mendalam. Guru kesulitan menentukan indikator penilaian sikap.

Guru Bahasa Indonesia kesulitan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan materi pembelajaran. Kurikulum 2013 banyak mengurangi pembelajaran sastra. Padahal melalui pengajaran sastra, siswa tidak hanya diperkenalkan kekayaan sastra Indonesia dan dunia, tokoh-tokoh dalam kesusastraan, bahkan juga diperkenalkan pada kekayaan isi karya sastra itu sendiri. Dengan membaca dan memahami karya sastra, berarti siswa mencoba memahami kehidupan, mencoba memperoleh nilai-nilai positif dan luhur dari kehidupan, dan pada akhirnya memperkaya batinnya.

Problematika berkembangnya teknologi informasi menjadikan perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma, dan budaya suatu bangsa. Perubahan itu tidak dapat dikendalikan dan dibatasi. Dampak dari perubahan tersebut berpengaruh terhadap karakter siswa. Nilai dan norma serta budaya bangsa mulai luntur terkikis oleh nilai, norma, serta budaya asing.

 

Solusi Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kaitannya dengan Karakter Siswa

            Solusi mengatasi permasalahan terkait pembelajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan karakter siswa sebagai berikut.

  • Guru harus memiliki sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Guru harus bangga berbahasa Indonesia sehingga dapat menanamkan nilai positif tersebut pada siswanya.
  • Adanya kebijakaan yang tegas di sekolah terkait dengan pelanggaraan nilai-nilai karakter dan diberlakukan bagi seluruh warga sekolah tanpa terkecuali. Misalnya, dengan memberikan sanksi kepada yang melanggar kedisiplinan keterlambatan hadir, tidak peduli yang terlambat itu siswa atau guru. Hanya bentuk sanksinya yang berbeda.
  • Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak dapat diajarkan di sekolah saja melainkan di rumah dan di lingkungan pergaulan siswa. Peran keluarga, sekolah dan masyarakat saling terkait dalam membentuk karakter siswa.
  • Perlu adanya perubahan pola pikir (mainset) bahwa pendididkan karakter bukanlah sekedar pengetahuan seperti mapel-mapel yang lain. Membelajarkan karakter lebih sulit dari sebuah pengetahuan karena dituntut usaha yang terus-menerus serta keteladanan dari orang tua, guru dan masyarakat.
  • Orang tua dan guru hendaknya memberikan bimbingan dan pengawasan terkait informasi-infomasi yang diakses siswa melalui berbagai media seperti halnya internet.

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN KOMPETENSI GURU BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Salah satu langkah pembinaan ini adalah melalui pembelajaran di sekolah. Guru bahasa Indonesia sangat berperan penting dalam menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia harus kompeten di bidangnya.

Pengertian Kompetensi

Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau kualitas dari keefektifan, kemampuan, atau kesuksesan. Depdiknas merumuskan bahwa kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial..

Kompetensi Guru Bahasa Indonesia

Berdasarkan permendiknas no 16 tahun 2007 disebutkan kompetensi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK adalah sebagai berikut.

  1. Memahami konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.
  2. Memahami hakekat bahasa dan pemerolehan bahasa.
  3. Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.
  4. Menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  5. Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif.

Menguasai pengelolaan pembelajaran Bahasa Indonesia

  1. Mampu mengidentifikasi karakteristik peserta didik
  2. Mampu mengembangkan perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia
  3. Mampu mengembangkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia
  4. Mampu mengembangkan metode, media dan sumber belajar.
  5. Mampu menentukan strategi pembelajaran
  6. Memiliki keterampilan dasar-dasar pembelajaran Bahasa Indonesia
  7. Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sesuai tujuan dan karakteristik Bahasa Indonesia.

Menguasai evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia

  1. Menguasai konsep dasar evaluasi
  2. Mampu memilih dan mengembangkan metode evaluasi sesuai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia
  3. Mampu mengembangkan instrumen evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia
  4. Mampu melaksanakan evaluasi, pensekoran, dan interpretasi hasil evaluasi
  5. Mampu menggunakan hasil-hasil evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Bahasa Indonesia

Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kaitannya Dengan Kompetensi Guru

Permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia terkait kompetensi guru hingga kini masih belum dapat teratasi maksimal. Berikut diuraikan problematika pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terkait dengan kompetensi guru.

  1. Guru hanya kompeten pada salah satu bidang pengajaran.

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia sudah seharusnya memiliki kompetensi di kedua bidang baik bahasa maupun sastra. Namun yang terjadi, banyak diantara para guru yang kesulitasn, hingga memilih salah satu saja misalnya pengajaran bahasa atau sebaliknya.

  1. Kualifikasi Guru, Permendiknas no 16 Tahun 2007 Kualifikasi guru yang menjabat sebagai tenaga pendidik untuk jenjang SMP adalah sarjana. Di Indonesia banyak guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak memenuhi syarat dalam hal kualifikasi. Misalnya, guru hanya lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) atau Diploma.
  2. Guru tidak Kreatif, banyak guru Bahasa Indonesia yang tidak menarik motivasi dan minat siswa saat mengajar.
  3. Sikap Guru dalam Berbahasa, Banyak guru Bahasa Indonesia dengan kompetensi keilmuan yang cukup, namun memiliki kekurangan dalam hal performansi bahasa.
  4. Guru tertutup, Guru yang tertutup terhadap perkembangan jaman tentu akan tertinggal, mengalami kesulitan, tertekan karena tak bisa beradaptasi.

Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia

  1. Sistem rekrutmen untuk guru bahasa Indonesia harus sesuai dengan kualifikasi pendidikan, pemerintah harusnya memberikan pelatihan terpadu untuk para guru yang belum S1
  2. Sekolah menerapkan kebijakan yang mengharuskan tenaga pendidik dan peserta didik untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun. Diberikan pelatihan, pendidikan untuk meningkatkan kompetensi sehingga terampil menggunakan media, model, strategi dll.
  3. Dalam MGMP harusnya dimasukkan agenda diskusi sastra atau bahasa para guru dengan pakar agar meningkatkan kompetensi bidang keilmuan.
  4. Guru harus memiliki sikap positif, terbuka terhadap perubahan yang dinamis.
  5. Harus ada kerjasama yang baik antara Keseluruhan pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan.

Kendala yang Dihadapi dalam Mewujudkan Solusi Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia

  1. Kuota penerimaan masih kurang
  2. Memakan waktu yang lama untuk memberi hukuman
  3. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
  4. Kegiatan MGMP kurang efektif
  5. Guru malas untuk mengembangkan potensi yang ada.
  6. Kurangnya komunikasi dari semua pihak yang terkait dalam lembaga pendidikan

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KAITANNYA DENGAN KURIKULUM

Kurikulum di Indonesia

Kurikulum dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua kurikulum nasional dikembangkan mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 1945. Perbedaan tiap kurikulum terletak pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan dan pendekatan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.

Perkembangan kurikulum di Indonesia dari tahun 1947 – 2013 (Hidayat, 2013).

  1. Rencana pelajaran 1947
  2. Kurikulum 1952
  3. Kurikulum 1964
  4. Kurikulum 1968

5.Kurikulum 1975/1976

  1. Kurikulum 1984
  2. Kurikulum 1994
  3. Kurikulum Berbasis kompetensi tahun 2002 dan 2004
  4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
  5. Kurikulum 2013

Problematika Kurikulum Terhadap Pembelajaran bahasa Indonesia

“Ganti menteri ganti kurikulum”. Itulah perkataan yang sering muncul di kalangan guru. Sejak lahirnya kurikulum, pembelajaran bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari berbagai macam problema. Dalam kurikulum 1968 (kurikulum yang mengacu pada materi) pembelajaran berdasarkan materi sebagai bahan ajarnya. Sehingga, proses belajar mengajar tidak jelas arah dan tujuannya.

Menyadari pentingnya tujuan pembelajaran dalam kurikulum, kurikulum 1968 yang bertumpu pada meteri sudah tidak relevan lagi. Oleh karena itu, kurikulum tersebut disempurnakan menjadi kurikulum 1975 yang menitikberatkan pada tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum 1975 pun, pembelajaran bahasa juga tidak bebas dari permasalahan pembelajaran. Kurikulum yang menginstruksikan berbagai macam tujuan. Mulai dari tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus menimbulkan kebingungan guru dalam merumuskan tujuan khusus. Kenyataan itu, mengakibatkan perlunya menyiapkan guru sebagai pelaksana kurikulum di depan kelas.

Permasalahan yang muncul dalam kurikulum 1975 melahirkan kurikulum 1984. Kurikulum ini tetap bertumpu pada tujuan, akan tetapi ada perbedaan yang agak menonjol, di samping memfokuskan pada kemampuan berbahasa yang harus dimiliki peserta didik juga menitikberatkan pada fungsi bahasa. Dari sinilah, akhirnya tujuan kurikuler dalam kurikulum ini sudah semakin jelas dan baik.

Kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan kurikulum 1984. Dalam kurikulum ini masih berorientasi pada tujuan. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indosesia sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial, (4) siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga masih banyak persoalan berkaitan dengan pembelajaran bahasa. KTSP pada prinsipnya sangat terbuka adanya muatan lokal dalam pengembangannya sehingga pengembangan dan implementasi kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi KTSP.

KTSP yang mengisyaratkan pembelajaran sepenuhnya diserahkan kepada pihak satuan pendidikan, realisasinya pemerintah masih memberlakukan ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Malpraktik pendidikan juga akibat kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Dalam KTSP memberikan keleluasaan kepada sekolah utamanya guru dalam membuat skenario pembelajaran mulai dari rencana pembelajaran sampai dengan evaluasi. Tetapi, realitas kelulusan diambil alih oleh pemerintah dengan mengharuskan sekolah melaksanakan ujian nasional.

Kurikulum 2013  memiliki perubahan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yakni pembelajaran berbasis teks. Adapun beberapa masalah yang timbul dari penerapan kurikulum 2013 antara lain :

  1. Terjadi polemik dalam pembuatan kurikulum bahasa Indonesia pada K13 disebabkan terdapat dua kubu pembuat kebijakan yang seringkali tak searah yakni antara pusat bahasa dan pusat kurikulum. Sehingga menghasilkan kurikulum bahasa Indonesia yang banyak permasalahan.
  2. Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
  3. Tidak diberlakukannya ujicoba sebelumnya terhadap kurikulum 2013 sehingga guru merasa kurang dilatih untuk melaksanakan kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya, khususnya bahasa Indonesia yang dipaksa mempelajari konsep baru tentang teks.
  4. Pengembangan kurikulum dan silabus dalam kurikulum 2013 tidak memperhatikan relevansinya dengan karakteristik daerah sehingga seharusnya jika memperhatikan hal tersebut maka silabus tidak akan bersifat terpusat.

5 . Penghapusan mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komputer) di SMP berimplikasi besar terhadap kemampuan siswa menggunakan TIK. Guru bahasa Indonesia selain mengajarkan bahasa Indonesia juga harus diiringi kemampuannya dengan TIK yang mengikuti perkembangan jaman.

  1. Kurang memperhatikan aspek psikologi belajar dilihat dari pengurutan materi pelajaran tiap jenjang kelas yang tidak sesuai.
  2. Pendekatan saintific dirasakan kurang sesuai dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang merupakan ilmu humaniora.
  3. Teks yang dipelajari dalam buku pegangan siswa masih banyak materi-materi kebahasaan sehingga bahasa Indonesia dirasakan sebagai pelajaran yang sulit.
  4. 9. Materi pembelajaran Bahasa Indonesia membuat muatan Kurikulum 2013 penuh struktur teks.
  5. Kurikulum 2013 melakukan reduksi secara besar-besaran terkait dengan jenis teks sastra. Dari sejumlah kekayaan yang ada dalam khazanah sastra Indonesia, hanya sebagian kecil yang dimasukkan dalam kurikulum.

Solusi kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

Guru sebagai garda depan pendidikan di sekolah harus kreatif dan terus mengasah keahliannya untuk mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru harus yakin bahwa dirinya dapat menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan siswa lewat kurikulum apa pun.